Universitas Papua (selanjutnya disebut UNIPA) didirikan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 153 tahun 2000, tanggal 3 November 2000. UNIPA merupakan pengembangan dari Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih. UNIPA diresmikan pada hari Sabtu, tanggal 28 Juli 2001 oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi atas nama Menteri Pendidikan Nasional. Perkembangan UNIPA melalui tiga periode, yaitu periode FPPK UNCEN (1964-1982), periode FAPERTA UNCEN (1982-2000), dan periode UNIPA (2000-sekarang).
Kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang diimplementasikan di Universitas Papua merupakan bentuk pelaksanaan dari Rencana Induk Penelitian dan Rencana Induk Pengabdian kepada Masyarakat.
Kehidupan di dalam dan di sekitar kampus membawa pengalaman baru yang berbeda bagi setiap mahasiswa. Dengan lokasi kampus yang berada di 4 kabupaten yang berbeda, mahasiswa akan terbawa untuk mengembangkan wawasan yang ke depannya akan bermanfaat bagi Papua.
Gubernur Papua Barat Buka Konferensi Internasional dan Kongres KOBI
Oleh:
Manokwari, (24/11) Gubernur Papua Barat, Drs. Dominggus Mandacan, M.Si mengatakan ilmu pengetahuan merupakan dasar dalam kegiatan konservasi dan dasar bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di Tanah Papua. Karena itu menjadi penting untuk dikuasai dan dikembangkan.
Hal ini dikatakan melalui sambutan tertulisnya yang dibacakan Sekertaris Daerah Provinsi Papua Barat, Drs. Nataniel D. Mandacan, M.Si saat membuka Konferensi Internasional dan Kongres Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) secara daring dan luring di Manokwari, Rabu(24/11/2021).
Gubernur berharap melalui konferensi ini dapat memberikan masukan yang berarti dan menjadi katalis bagi pemerintah daerah dan seluruh mitra pembangunan. Konferensi ini juga dapat mengarahkan dan menyelaraskan program pembangunan dengan kegiatan konservasi untuk menjaga kekayaan alam papua yang tak ternilai demi bumi dan masa depan manusia yang hidup di atas Tanah Papua.
“Jangan kita mewariskan air mata bagi anak cucu, tapi kita harus mewariskan mata air bagi anak cucu kita,” ucap Sekda Papua Barat yang menegaskan kembali pesan Gubernur Papua Barat yang selalu disampaikan dalam setiap kesempatan. Sebelumnya Ketua Konsorsium Biologi Indonesia, Prof. Dr. Budi Daryono dalam sambutan menggunakan bahasa inggris, memberikan apresiasi yang tinggi kepada Universitas Papua yang dengan berani menjadi tuan rumah pelaksanaan konferensi bertaraf Internasional. Dirinya berharap konferensi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang penting bagi Indonesia dan secara khusus Tanah Papua yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, sesuai dengan tema Membangun Optimisme Pasca Pandemi Covid-19 ; Pelestarian dan Pemanfaatan Biodiversitas untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
Sementara itu, Rektor Universitas Papua, Dr. Meky Sagrim, SP,M.Si dalam penyampaiannya minta agar Konferensi ini memberikan manfaat bagi Universitas Papua, baik secara langsung kepada para dosen dan mahasiswa, tapi juga bagi Universitas untuk menjadi Universitas yang berdaya saing. “ Lebih penting lagi, konferensi ini memberikan sumbangan pemikiran bagi kemaslahatan umat manusia,” tandasnya. Rektor Unipa juga menyatakan, saat ini semua mata dunia tertuju ke Tanah Papua, karena iitu kesempatan konferensi ini harus dimanfaatkan dengan baik untuk mewujudkan Sustainable Development Goals.
Jurusan Biologi, kata Rektor, selama ini memiliki prestasi yang luar biasa, dan termasuk salah satu jurusan dengan akreditasi baik sekali. Ini sangat membantu Universitas Papua untuk mendapatkan akreditasi yang sudah diperjuangkan selama 21 Tahun.
Ketua Panitia, Dr. Keliopas Krey, S.Pd, M.Si dalam laporannya mengatakan tujuan konferensi ini yang pertama untuk mendukung pembangunan berkelanjutan secara global untuk kemaslahatan umat manusia, kedua untuk meningkatkan daya saing riset unggulan dan publikasi ilmiah dalam bidang biodiversitas dan biosistematika, konservasi sumber daya alam dan lingkungan, biologi molekular dan bioteknologi, mikrobiologi dan kesehatan serta bioantropologi. Tujuan ketiga, lanjut Dr.Keliopas, membina kerjasa antar institusi riset, peneliti, akademik, pemerintah dan lembaga swasta dalam mendorong upaya perlindungan plasma nutfah Tanah Papua, dan ke-empat mendorong partisipasi para peneliti muda untuk mengaktualisasi kemampuan dan pengalaman deseminasi ilmiah pada tingkat internasional.
Konferensi ke-4 KOBI yang diselenggarakan selama dua hari ini, kata Krey menghadirkan sembilan pembicara utama dari dalam dan luar negeri, antara lain Prof. Dr. Charlie D. Heatubun dari Balitbangda Provinsi Papua Barat, Victor Nikijulu,Ph.D dari Conservation International, Prof. Jatna Supriyatna dari Universitas Indonesia, Ir. M.J Sadsoitoeboen,M.Si dari Universitas Papua, Staf Khusus Presiden Republik Indonesia, Billy Mambrasar, Dr. Robert Hewat dari National University of Kamboja, Prof. Eric Smith dari University of Texax, Dr. Sebatien Allard dari Curtin University dan Arlan Suruan dari PT. Freeport Indonesia.
“Juga ada 100 naskah yang terdaftar pada sistem, yang teridentifikasi berasal dari 51 institusi dan 38 Universitas di dalam dan luar negeri. Sementara peserta non presenter sebanyak 200 orang,” jelasnya
Mengakhiri laporannya, Dr. Krey menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para sponsor, yakni Gubernur Papua Barat, Balitbangda Papua Barat, Conservation International, T.Freeport Indonesia, Ketua Konsorsium Biologi Indonesia dan berbagai, hingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dna sukses.*)
Berita ini di tulis kembali dari sumber : https://fokuspapua.com dengan judul gubernur-papua-barat-buka-konferensi-internasional-dan-kongres-kobi